FaktaJombang.com – Perkara penganiayaan seorang anak Sekolah Dasar di Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang videonya sempat viral di media sosial (Medsos), akhirnya berujung damai.
Perdamaian ini tercapai, setelah kedua pihak yakni ibu korban IK dan ibu pelaku SM
dilakukan mediasi di Polres Jombang.
Selain orang tua korban dan pelaku penganiayaan, mediasi ini dihadiri Kepala Desa Japanan Junaidi Catur, Kepala SDN Japanan 1 Mohammad Sidiq.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Juga disaksikan UPTD PPA Sri Mujiati, Dinas Sosial Olvy Robertina Loedji; Peksos Digit Dwi Permana, serta pihak keluarga korban dan pelaku.
“Benar, telah dilakukan mediasi terkait video viral penganiayaan terhadap anak di wilayah hukum Polres Jombang,” kata AKP Aldo Febrianto, Kasat Reskrim Polres Jombang, Selasa (27/6/2023).
AKP Aldo menegaskan, kedua pihak telah sepakat menempuh jalur damai, yakni diselesaikan secara kekeluargaan. Perdamaian itu melalui Restorative Justice.
“Pihak keluarga pelaku sanggup mengganti rugi biaya pengobatan kepada korban,” kata AKP Aldo.
Selain itu, lanjut AKP Aldo, kedua orang tua telah menganggap perkara tersebut selesai dan tidak menuntut lagi perkara tersebut secara hukum pidana maupun perdata.
Sebelumnya, seorang siswa SDN di wilayah Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, diduga dianiaya teman sekelasnya. Aksi penganiayaan itu, terekam video dan viral di media sosial.
Video berdurasi waktu 21 detik tersebut memperlihatkan, korban dianiaya oleh teman sebanyanya. Korban dipukul dan ditendang pelaku, berulang-ulang hingga tersungkur.
Meski korban sudah meminta ampun, namun pelaku tetap tak menghiraukannya dan terus saja menendang sembari mengumpat. Beberapa anak di lokasi, juga terlihat tidak ada yang menolong korban yang sudah tersungkur.
Bahkan, salah satu anak di dalam video malah merekam kejadian nahas tersebut dengan sebuah ponsel. Video itu pun menyebar dan viral di media sosial (Medsos).
Sementara Plt Kepala SDN Japanan 1, Moh Sidiq mengakui, jika korban dan pelaku merupakan pelajar di sekolahannya.
“Kejadiannya pada Sabtu (24/6/2023) siang, sekitar pukul 13:00 WIB,” katanya, Senin (26/6/2023).
Pihaknya juga mengaku, tahu kejadian itu pada malam harinya. “Saya juga sudah mendatangi langsung ke rumah korban untuk musyawarah,” sambungnya.
Ia menuturkan, pelaku pemukulan itu diketahui bernama SM (11), yang merupakan siswa satu kelas dengan korban.
“Sama-sama kelas 5 nya, cuma rumahnya memang beda desa,” ungkapnya.
Sedangkan lokasi kejadian, kata Moh Sidiq, berada di luar sekolah. Yakni di belakang sekolah yang berjarak sekitar 100-an meter.
Pihaknya juga menegaskan, jika aksi penganiyaan tersebut terjadi setelah proses belajar mengajar selesai, alias bukan jam aktif belajar.
“Sudah pulang sekolah juga, katanya diajak bermain layang-layang, terus berkelahi,” terangnya.
Dikatakannya, dari pemeriksaan awal yang dilakukan, pelaku telah mengakui perbuatannya.
Sidiq juga menyebut, pelakunya hanya satu orang alias tidak terjadi pengeroyokan, meskipun terdapat sejumlah teman lainnya.
Menurutnya, aksi pengeroyokan tersebut diduga berlatar-belakang dendam.
“Kami pastikan itu bukan pengeroyokan, yang memukul itu SM. Memang ada 5 sampai 6 orang di sana, tapi yang lain melihat saja. Awalnya kemungkinan karena dendam, namanya anak kami juga tidak tahu,” tegasnya.
Moh Sidiq menyatakan, telah memanggil orang tua korban dan pelaku, untuk dilakukan mediasi, dan tidak mengupayakan ke jalur hukum.
Dikatakan, keduanya kemudian membuat kesepakatan damai dan perjanjian tidak menuntut.
Orang tua pelaku, lanjutnya, akan memberikan uang sebesar Rp 4 juta sebagai biaya pengobatan korban. Tapi masih sdicicil sebesar Rp 1 juta.
“Awalnya kemarin ya tidak ke hukum, karena saya kira sudah saling menerima dan selesai. Nggak tahunya, videonya viral,” ujar Sidiq.
Akibat aksi brutal pelaku tersebut, korban mengalami memar di dada, kepala bagian belakang, punggung dan leher.
“Memar biru di dada, terus di kepala itu ada benjol dan gosong-gosong, di punggungnya juga. Yang dikeluhkan itu yang dileher,” tutur IH (40), ibu korban.
Meski sudah menandatangani pernyataan damai, IH mengaku masih memikirkan kondisi anaknya yang masih merasa kesakitan.
“Apalagi kalau duduk, masih merasa sakit di bagian punggung,” lanjutnya.
Atas kondisi anaknya, dirinya mengaku hendak membawanya ke rumah sakit untuk dilakukan cek rontgen atau CT scan, agar lebih mengatahui kondisi di dalam tubuh anaknya.
Hanya saja, niatan itu masih terbentur kondisi keuangannya. “Tapi tidak ada uang, kemarin masih dikasih satu juta dan kata orang-orang belum cukup,” ungkapnya. (*)