FaktaJombang.com – Sekitaran balai Desa Kepatihan atau bagian barat jalan Urip Sumoharjo, Kecamatan/ Kabupaten Jombang, dipadati warga, Minggu (10/4/2022) sore.
Rupanya, kawasan ini menjadi lokasi even pekan jajanan tradisional yang digelar Pemdes Kepatihan tiap Sabtu dan Minggu selama bulan Ramadan 1443 Hijriah. Warga pun berbondong-bondong berbelanja makanan dan minuman takjil dan jajanan yang bisa dinikmati saat berbuka puasa.
Ada yang berbeda pada even ini. Yakni, sejumlah 66 lapak yang ada, semuanya menyediakan jajanan jadul (jaman dulu) era 90-an. Disamping itu, juga tersedia makanan dan minuman takjil. Pelapaknya, adalah warga Desa Kepatihan sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dinda, salah satu pengunjung membenarkan, berburu jajanan jadul yang dijual di kawasan tersebut, sama halnya warga lain. Ia mengaku penyuka banget jajanan tradisional, karena ia jarang menemukan saat Ramadan.
“Padat juga pengunjungnya. Yang dijual disini jajanan tradisional. Apalagi di lapak getuk itu, banyak yang ngantri dari tadi. Jadi, banyak pengunjung yang antre berburu jajan jadul, termasuk saya juga,” ujar perempuan berusia 22 tahun ini kepada FaktaJombang.com.
Ia mengira, jajanan tradisional hampir punah di Kota Santri ini. Namun, dengan adanya even tersebut, makanan tradisional bisa kembali eksis.
“Tahu dari medsos. Ternyata pas ke sini benar, evan ini menyediakan banyak macam makanan jadul. Seperti getuk, kreco dan lainnya. Harganya juga normal, rasanya sama.,” pungkasnya.
Sementara Kepala Desa (Kades) Kepatihan, Erwin Pribadi mengatakan, pekan jajanan tradisional ini sebenarnya terkonsep sejak sebulan lalu, sebelum Ramadan tiba. Para pedagang sengaja dikhususkan hanya menjual jajanan tradisional.
“Dalam pekan jajanan ini, saya nggak mau ada warga yang jualan lauk pauk atau sayuran. Mengingat yang dijual di lain tempat ya begitu. Makanya saya buat keputusan, yang boleh dijual di sini cuma jajanan dan minuman saja, wajibnya takjil,” ujarnya.
Pihaknya mengatakan, terdapat 66 pelapak yang berpartisipasi dalam pekan jajanan tradisional ini. Semuanya adalah warga Desa Kepatihan sendiri. Sementara modalnya, disubsidi Pemdes Kepatihan.
“Ini kita subsidi Rp 300 ribu. Dan ada 66 UMKM yang memang asli warga Kepatihan. Ya ini juga sebagai membangkitkan para UMKM warga Kepatihan. Disamping takjil, juga ada jajan jadul bagi pengunjung yang mungkin ingin nostalgia dan sulit untuk mencari jajan ini kemana-mana,” jelasnya saat ditemui di halaman kantornya.
Erwin menandaskan, jenis jajanan yang dijual warga, selurunya merupakan jajanan tradisional. Hal ini, karena ia ingin menggali potensi UMKM di desanya.
Erwin mengakui, saat ini persaingan bisnis jajanan sangatlah ketat. Sehingga ia harus memutar otak untuk memilih jajanan yang akan dijual warganya.
“Mereka memanglah bukan pedagang asli. Maka saya minta kalau mereka tidak mampu, ya lebih baik beli di pasar dan di-repacking, lalu dijual dengan harga terjangkau, dan bisa untung,” pungkasnya.
Pekan jajanan tradisional ini dilaksanakan di depan kantor Desa Kepatihan, dan hanya ada pada hari Sabtu dan Minggu. Para pedagang diwajibkan mulai buka pukul 15.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
Sedangkan Wiwit (41) salah satu pedagang jajanan tradisional mengatakan, masyarakat Jombang memiliki antusias tinggi terhadap jajanan tradisional.
Menurutnya, salah satu jajanan paling diminati warga adalah jajanan kreco atau keong kecil. Hanya butuh waktu 30 menit, jajanan itu ludes diserbu warga untuk camilan saat buka puasa.
“Iya kami di sini menjual bermacam makanan jaman dulu, tradisional lah gitu. Alhamdulillah ternyata banyak sekali pembelinya tadi. Hanya 30 menit kreconya sudah habis. Padahal ini tadi ada 50 porsi yang kita jual, tapi langsung habis. Ya kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah desa yang sudah membantu kami,” ungkapnya. *)