FaktaJombang.com – Sedikitnya sembilan pemuda, berkumpul di teras rumah seorang warga Dusun Genjongkidul, Desa Sidowarek, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Rabu (10/3/2021) siang. Rupanya, mereka tengah sibuk memasukkan serbuk gergaji kayu (gerajen) ke dalam plastik. Atau membuat media tanam atau baglog jamur tiram.
Salah satu dari pemuda, bertugas memadatkan bungkusan plastik berisi gerajen dengan alat pres. Setelah itu, berpindah ke pemuda lainnya yang memasang cincin pada ujung plastik berisi gerajen padat itu. Ada juga dua pemuda yang mulai memasang bibit.
“Ini merupakan tahapan membuat baglog jamur tiram. Dari sinilah nanti, akan tumbuh jamur berkhasiat tinggi,” kata Moch Yahya (26), Ketua Karang Taruna (Kartar) Bina Remaja, Dusun setempat, Rabu (10/3/2021) sekitar pukul 13.35 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, karang taruna yang diketuainya itu, dipercaya untuk meneruskan budidaya jamur tiram, supaya berkembang. Awal merintis, kata Yahya, sekitar bulan September 2020 lalu, dengan modal patungan anggota Kartar.
“Sebelumnya, kita sudah panen. Dan sekarang kita disupport Pemdes serta MPS Ngoro untuk mengembangkan jamur tiram ini,” paparnya.
Support itu, lanjut Yahya, tidak hanya berupa modal. Melainkan juga pengetahuan dan cara membudidaya jamur tiram. “Selain dibantu modal, kita malah dapat pelatihan budidaya jamur di Nganjuk. Kartar sangat berterima kasih pada Pemdes dan MPS Ngoro atas semua ini,” ujarnya.
Sementara Kepala Desa Sidowarek, Fatchur Rohman mengatakan, kegiatan budidaya jamur yang digerakkan Karang Taruna di wilayahnya ini, merupakan aspirasi kalangan pemuda yang wajib didukung.
“Kegiatan seperti ini sangat positif, dan harus kita dukung,” kata Gus Fat, sapaan akrab Kades Sidowarek saat meninjau kegiatan pembuatan baglog jamur tiram.
Bahkan, Gus Fat mengatakan, sudah merancang orientasi Dusun Genjongkidul sebagai Kampung Jamur Tiram. Yang akan menjadi sentra kebutuhan jamur tiram di Kabupaten Jombang.
“Malah, kami sudah memproses dan menyiapkan lahan untuk budidaya jamur tiram ini. Selain, kita juga mengajak warga Dusun Genjongkidul yang berkenan ikut berbudidaya,” papar Gus Fat yang menjadi salah satu komisaris MPS Ngoro ini.
Sedangkan Manager Keuangan KSU Perdula Mitra Produksi Sigaret (MPS) Ngoro, Ida Fitria mengatakan, bantuan kepada warga atau Kartar Bina Mulia melalui CSR (corporate Social Responsibility) MPS Ngoro. Tujuannya, mendorong peningkatan ekonomi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan.
“Bantuan tersebut didasari oleh wujud nyata gerakan peningkatan ekonomi masyarakat yang ada di lingkungan pabrik. Dan memang kita harus mendukung hal positif ini,” kata Ria, sapaan akrabnya, yang ikut meninjau ke lokasi pembuatan baglog jamur tiram.
Ria berharap, orientasi mewujudkan Dusun Genjongkidul sebagai sentra budidaya jamur tiram, juga didukung seluruh warga dusun setempat.
“Perusahaan tentu akan mensupport, baik pelatihan maupun permodalannya,” pungkasnya.
Sekali Panen, Langsung Habis
Moch Yahya mengaku tidak menyangka, jika panen awal jamur tiram putihnya berbuah manis. Selain hasil panennya ludes dengan cepat. Kartar-nya malah dipercaya untuk mengembangkan budidaya jamur yang memiliki gizi tinggi ini.
“Panen waktu itu masih kecil. Karena modalnya hanya patungan,” kata ketua Kartar yang memiliki 30 anggota ini. Diamini Rowi (58) tokoh masyarakat setempat yang juga pembina Kartar Bina Mulia Genjongkidul.
Setelah dibantu permodalan dan pelatihan, lanjutnya, ia pun bersama anggota memantapkan diri untuk terus mengembangkan usaha ekonomi kreatif ini. Mulai mendatangkan gerajen kayu sebanyak satu pikap beserta bahan pendukung dan bibit. Hingga menambah membuat rak untuk meletakkan baglog.
“Sementara ini, rak-rak tersebut kita taruh di rumah-rumah anggota. Memanfaatkan ruang kosong sebagai kumbung. Selain yang awal kemarin,” katanya.
Dirincinya, 1 pikap menggunung gerajen kayu, bisa dijadikan 2.700 baglog. Untuk setiap baglognya beriisi gerajen kayu seberat 1,4 kilogram. Gerajen kayu itu, sudah dicampur dengan bahan tertentu. Kemudian diisi sebanyak 7 bibit tiap baglog.
Sebelum baglog ditata dengan posisi vertikal dan didiamkan, lanjutnya, baglog harus melalui proses sterilisasi, yaitu digodok dalam tong dengan air setinggi 20 sentimeter. Setelah itu didiamkan hingga muncul warna putih semacam akar di dalam baglog.
“Setelah putihnya merata, tutup baglog dibuka dan dipindah ke rak dengan posisi horisontal,” urainya.
Satu kali periode budidaya jamur tiram, katanya, memakan waktu kurang lebih 120 hari. Pembuatan baglog setidaknya butuh 7 hari, inkubasi 30 hari, dan 80 hari masa tumbuhnya jamur.
Untuk panennya, kata Yahya, tiap hari selama 7 hari. Panen hari pertama, per 1.000 baglog, menghasilkan 12 hingga 13 kilorgram jamur tiram. Hari selanjutnya, akan berkurang hingga bisa memanen 6 hingga 8 kilogram.
“Setelah 7 hari itu, baglog akan mengempes. Limbah baglog, bisa jadi pupuk tanaman atau pakan cacing. Kalau ini sudah ada yang mau mengambil. Yang di sana belum,” katanya sambil menunjuk baglog pasca panen. (nas/fj)