FaktaJombang.com – Masa panen pada Maret 2021 ini, tampaknya tidak membuat petani menuai untung melimpah. Selain karena kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi pada masa tanam, petani juga dihadapkan dengan harga gabah turun.
Harga gabah kering sawah (KS) atau di tingkat petani, saat ini turun Rp 500 per kilogram, menjadi seharga Rp 3.500 per kilogram. Sedangkan pada musm panen sebelumnya, harga gabah KS sebesar Rp 4 ribu.
Choirul (48) salah satu petani asal Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang mengaku merugi dengan turunnya harga gabah kering. Ditambah, pada masa tanam kemarin, ia juga mengatakan memakai pupuk non subsidi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dipilihnya menggunakan pupuk non subsidi, lanjutnya, karena ia kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi, meski pupuk tersebut ada. Ia mengaku terbentur sejumlah syarat yang diberlakukan, salah satunya menggunakan Kartu Tani, dan adanya pembatasan.
“Masa tanam kemarin, kita sangat kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Akhirnya, terpaksa beli pupuk non subsidi, dan harganya mahal. Nah, ketika panen gini, harga gabah kering malah turun,” paparnya kepada FaktaJombang.com, Selasa (16/3/2021).
Ia berharap, pemerintah daerah maupun pusat memperhatikan nasib petani. “Terutama harga gabah bisa stabil, jatah pupuk bersusidi ditambah juga mudah didapat,” harapnya memungkasi.
Kerugian akibat harga gabah tidak stabil, tampaknya juga dirasakan segmen tengkulak. Salah satunya Muhaimin (45). Ia mengaku merugi dengan harga gabah masuk gudang sebesar Rp 3.700. Pasalnya, selisih harga tersebut, tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
“Harga segitu sudah harga tertinggi. Ruginya, karena tidak sesuai dengan biaya operasional,” katanya.
Senada dengan Choirul, Muhaimin juga berharap kepada pemerintah, agar bisa menstabilkan harga gabah.
“Kalau dari atas turun, sampai ke tingkat petani juga turun. Kalau bisa, harga gabah stabil,” harapnya. (ddy/fj)