FaktaJombang.com – Setelah kecewa lantaran Sabtu 19 Februari 2022 kemarin ditunda, warga Jombang kembali dikecewakan dengan pemberitahuan adanya Operasi Pasar Murah yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindah),.di Alun-alun Jombang, pada Senin (21/2/2022).
Sejumlah emak-emak mengantre sejak pagi di kawasan Alun-alun Jombang ini mengeluhkan terkait waktu dimulainya operasi pasar dan batasan membeli sembako yang disediakan.
Masfufah (45) warga Desa Kepatihan, Kecamatan/Kabupaten Jombang mengatakan, informasi yang disebarkan luaskan melalui media sosial (Medsos) dinilainya tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Dikatakannya, informasi dari medsos mulai pukul 08.00 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jadi saya jam 7 itu sudah ke sini untuk ngantre, malah mulainya sekitar jam 9-an lebih sedikit tadi. Katanya juga kalau beli telur bisa beli sepaket dengan harga Rp 100 ribu, tapi tadi saya cuma diperbolehkan beli telur hanya satu kilogram saja,” ujarnya.
Rela mengantre sejak pagi, lanjut perempuan yang usianya tak lagi muda ini, karena harga telur di pasaran mulai naik. Kata Masfufah, harga telur di pasar tradisional Jombang seharga Rp 21 ribu per kilogram.
“Kalau tidak salah, mulai naik sejak 3 hari lalu. Awalnya Rp 19 ribu, sekarang ini naik jadi Rp 21 ribu per kilogram di pasar. Nah, kalau di pasar murah ini dijual Rp 17,5 ribu per kilogram telur. Tapi saya kira tadi bisa beli sepaket, ternyata tidak,” ungkapnya sembari menghapus keringat di wajahnya.
Tak hanya Masfufah, keluhan saat pasar murah di Alun-alun ini juga diungkap Ari Susanti. Ibu rumah tangga yang tinggal di Perumahan Jombang Permai, Kecamatan/Kabupaten Jombang ini rela mengantre sejak pagi yakni pukul 08.00 WIB.
Ia mengantre tidak sendirian. Namun, seraya menggendong putranya yang usianya masih dini. Cucuran keringat di dahi ibu ini, tampak mengalir lantaran tersengat terik matahari. Sesekali, dia mengusapnya. Sedangkan wajah putranya ditutupinya dengan kain jarik gendongan, agar anaknya itu tidak kepanasan.
Ari Susanti megatakan, mengantre di Alun-alun hanya kepingin mendapatkan telur dengan harga murah. “Karena telur ini sudah jadi kebutuhan pokok dapur, tapi harga di pasaran sekarang malah. Banyak yang mahal-mahal,” kata ibu berusia 32 tahun ini.
Dia juga mengaku kecewa dengan informasi yang beredar di media sosial. Dari akun Facebook-nya, ia mendapatkan informasi jika operasi pasar murah di Alun-alun Jombang dimulai pagi hari, tepatnya sekitar pukul 08.00 WIB.
“Tapi sampai jam 9 lebih baru dimulai, panjang juga antreannya. Tapi Alhamdulillah dapat,” katanya sembari menenteng satu kilo gram telur yang dibungkus plastik.
Dirinya berharap agar Pemkab Jombang melalui dinas terkait, bisa menindaklanjuti kenaikan harga telur. Selain telur, ia juga berharap minyak goreng tidak langka di pasaran, dan harganya sesuai HET pemerintah.
“Harapannya, ya bagaimana pemerintah bisa menormalkan kembali harga sembako. Seperti harga telur yang baru naik dan harga minyak goreng. Kalau minyak goreng, yang harga pemerintah masih belum ada di pasar. Jadi masih tinggi harganya,” pungkasnya.
Sekedar diketahui, dalam operasi pasar ini, pemerintah menyediakan minyak goreng seharga Rp 13.500 per liter, telur ayam Rp 17.500 per kilogram, gula pasir Rp 12.000 per kilogram, dan beras Rp 43.000 per kilogram. *)