FaktaJombang.com – Momentum Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April menjadi refleksi tersendiri bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jombang, Junita Erma Zakiyah. Bagi dia, sosok Raden Ajeng (RA) Kartini merupakan wanita pembawa pembaruan.
Menurut Mbak Junita, sapaan akrabnya, spirit pembaruan RA Kartini jika diimplementasikan pada masa saat ini, artinya wanita harus mampu mandiri. Meski demikian, wanita harus tetap berjalan pada garisnya sebagai kaum hawa.
“Pengertian saya pribadi tentang Kartini, wanita harus mandiri. Tapi bukan berarti mandiri yang lepas dari kodratnya,” kata Junita Erma Zakiyah saat ditemui di kediamannya, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Jombang, Kamis (21/4/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Perempuan kodratnya tetap sebagai perempuan. Istri tetap sebagai istri, yang wajib patuh dan taat kepada suami,” imbuhnya.
Oleh karenanya, ia kemudian mengingatkan agar tidak terjadi salah kaprah dalam memahami tentang kata mandiri tersebut, sehingga diartikan bisa ke mana-mana dan lepas dari aturan suami.
Junita Erma Zakiyah mengakui, jika kesetaraan kaum perempuan dengan laki-laki di bidang pekerjaan saat ini merupakan jasa dari.perjuangan RA Kartini.
“Di antaranya salah satunya bisa duduk di legislatif. Itu juga di antaranya berkat pembaruan yang diperjuangkan oleh sosok Kartini,” ulasnya.
Selain RA Kartini, sosok perempuan lainnya yang sangat memberikan inspirasi bagi jalan hidup Junita Erma Zakiyah ini yakni ibundanya sendiri.
Legislator Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mengenang, sosok ibunya merupakan perempuan organisatoris yang sangat rajin melakukan silaturrahmi.
“Selalu silaturahmi. Dulu ketika ibu masih hidup, yang saya ingat itu, dalam sehari biasanya bisa bersilaturahmi empat orang di empat tempat berbeda,” tutur Ketua Karang Taruna Kabupaten Jombang ini.
Sehingga, kebiasaan bersilaturahmi yang dilakukan ibunya itu, kemudian diteruskannya. Apa yang dilakukannya ini untuk membangun tali silaturahmi yang baik dengan semua elemen.
“Baik itu dengan kiai, dengan bu nyai, dengan masyarakat dari unsur-unsur yang lain,” ujarnya.
Meski saat ini teknologi komunikasi kian maju dengan maraknya media sosial dan sebagainya, namun bagi Junita, silaturahmi dengan bertatap muka secara langsung tidak akan tergantikan dengan kemajuan teknologi itu.
“Kalau saya, mensiasati kemajuan teknologi dengan menambah Medsos, tapi silaturahmi tetap jalan. Tapi medsosnya saya tambahi untuk menceritakan aktifitas saya,” tuturnya lagi.
“Silaturahmi tatap muka selamanya tidak akan tergantikan,” pungkasnya. *)