FaktaJombang.com – Perajin tahu di Kabupaten Jombang mogok produksi akibat lonjakan harga kedelai, hanya dimaklumi Hari Oetomo, kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jombang.
Sikap ini, karena pihaknya menilai kenaikan harga kedelai tidak hanya terjadi di Kabupaten Jombang, melainkan secara nasional. Pihaknya memprediksi, harga kedelai akan kembali normal pada bulan Juni atau Juli 2022 mendatang.
“Intinya kami akan memberikan sosialisasi terhadap produsen tahu nanti untuk memberikan pengertian dan memaklumi. Karena memang harga kedelai dari negara asal sudah tinggi, sehingga berdampak ke nasional hingga ke daerah,” ujarnya kepada wartawan, Senin (21/2/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hari Oetomo juga mengatakan, sudah memberikan edukasi ke produsen tahu di Jombang agar bisa memproduksi tahu dengan menyesuaikan harga kedelai. “Seperti mengurangi ukuran tahu, begitu,” tandasnya saat ditemui di kawasan Alun-alun Jombang.
Terpisah, Moch Sholichin (40) perajin tahu di Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto mengaku, mahalnya harga kedelai saat ini sangat mengancam usahanya. Menurutnya, harga kedelai di pasaran saat ini mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Sedangkan satu bulan lalu, masih Rp 9,5 ribu.
Agar tidak merugi, ia mengaku terpaksa menghentikan produksi tahunya sejak Minggu (20/2/2022) kemarin, dan meliburkan sebanyak 160 karyawannya.
“Ini untuk meminimalkan kerugian saja. Caranya ya gini, libur. Tidak tahu sampai berapa hari, mungkin sampai ada solusi,” tuturnya.
Sholichin mengaku, dalam sehari ia membutuhkan setidaknya 4 ton kedelai untuk memproduksi tahu. Dengan menghentikan produksi tahu, ia kehilangan omzet hingga Rp 60 juta dalam sehari.
Dirinya mengaku tak ingin banyak menuntut ke pemerintah. Ia hanya kepingin, harga kedelai kembali normal. “Saya berharap harga bahan baku kedelai kembali normal,” tandasnya.
Sementara ketua Paguyuban Komunitas Tahu Jombang (KTJ), Imam Subkhi (38) mengatakan, aksi mogok memproduksi tahu ini dilakukan sekitar 80 produsen tahu yang tersebar di kecamatan Jogoroto, di antaranya, Desa Mayangan, Dusun Bapang Desa Sumbermulyo, dan Desa Ngumpul.
“Perlu dicatat, ini bukan aksi mogok atau demo. Tapi kita ini semata-mata itu kita ini putus asa. Sudah tidak bisa beroperasi lagi. Kita memaksa produksi tapi merugi. Kita berhenti juga kasihan karyawan,” tuturnya saat ditemui wartawan.
Ia menuturkan, imbas dari mogok produksi, ditaksir para produsen tahu di Jombang ini kehilangan omzet sampai Rp 1 miliar per hari.
“Kalau tidak produksi ini, ya kehilangan omzet sampai Rp 1 miliar, sehari. Rencana kami ingin meminta solusi ke Pemkab Jombang, agar bisa membantu kesulitan kami,” pungkasnya. *)