FaktaJombang.com – Meski sudah era digital, perabot rumah tangga satu ini masih tetap eksis dan dibutuhkan khlayak. Perabotan ini berbentuk anyaman dari bambu ini. Biasanya, digunakan untuk menampi atau membersihkan beras. Ya, perabotan tersebut bernama tampah.
Di Kabupaten Jombang, produsen tampah banyak dijumpai di Dusun Tempuran, Desa Kedungjati, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Bahkan, di setiap halaman atau samping rumah warga dusun tersebut, terdapat banyak potongan bambu sebagai stok bahan baku.
Hanya saja, stok bambu beberapa tahun belakangan, diakui Saminten (40) salah satu perajin, tidak semudah didapatnya seperti tahun-tahun lalu. Penyebabnya, tanaman bambu mulai berkurang. Kalau pun ada, lokasinya jauh dari Dusun Tempuran dan tentunya mengeluarkan biaya lebih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saminten membenarkan, kebanyakan warga Dusun Tempuran menggantungkan hidup dari hasil perabotan rumah tangga berbahan bambu, terutama tampah. Dan aktivitas kerajinan tangan ini, menurutnya, sudah berlangsung sejak dulu.
“Pekerjaan bikin tampah ini sudah turun temurun sejak dulu. Saya sejak kecil sudah bikin, membantu orang tua. Saat ini, tinggal meneruskan,” katanya kepada FaktaJombang.com, Jumat (2/4/2021).
Pembuatan tampah, lanjut dia, tidak pasti. Tergantung jumlah pesanan yang diterima. Dia mengatakan, baik dirinya maupun tetangganya, setiap hari tetap berativitas memproduksi tampah. Selain disetor ke salah satu warga yang mendapat orderan, juga melayani pesanan tampah secara langsung.
“Sepuluh hari, bisa membuat 25 tampah sudah jadi. Satu tampah, harganya Rp 20 ribu. Tampah yang jadi, nanti kita setor. Ada juga pesanan sendiri,” paparnya.
Untuk penjualan, kreasi tampah warga Dusun Tempuran sudah menembus pasar luar Kabupaten Jombang. Di antaranya, Nganjuk, Babat Tuban, dan sejumlah kabupaten lain di Jawa Timur.
“Kalau penjualan luar Jawa Timur, sepertinya masih sedikit. Pemasarannya masih dilakukan keliling,” jawabnya.
Disinggung selama pandemi Covid-19, Saminten mengaku produksi tampahnya merosot karena sepi orderan. Tidak hanya dirinya, merosotnya produksi tampah, rata-rata juga dialami warga Dusun Tempuran.
“Tapi beberapa bulan terakhir, orderan mulai ada dan kita membuat lagi,” katanya.
Suminten berharap, para perajin perabotan rumah tangga di wilayahnya itu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang. Menurutnya, paling utama yang perlu diperhatikan soal perluasan pangsa pasar dan bahan bakunya.
“Setidaknya kami dibukakan pangsa pasar. Atau dibantu alat canggih untuk membelah bambu menjadi tipis dan halus secara cepat. Selain itu, difasilitasi bahan bakunya. Kalau permodalan, itu tergantung,” tuturnya memungkasi. *)