FaktaJombang.com – Memasuki masa tanam, sejumlah petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, menggelar gropyokan tikus massal dengan cara tradisional, Rabu (5/1/2021).
Gropyokan tikus, masih dinilai sebagai upaya paling jitu dan efektif bagi petani menanggulangi hama tikus. Disamping karena tidak memakai bahan kimia, gropyokan hewan pengerat ini juga sebagai upaya mempererat kerukunan antar warga.
“Kegiatan gropyokan tikus ini rutin tiap kali masa tanam. Jadi Pemdes yang memfasilitasi semua Poktan dan Gapoktan untuk berkumpul dan terjun ke lahan,” kata salah satu petani anggota Gapoktan setempat, saat di lokasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia berharap, kegiatan ini bisa menanggulangi hama tikus yang menyerang tanaman mulai sejak baru dimulainya penanaman. Serangan hewan pengerat itu makin massif saat tanaman mulai berbuah.
“Kalau diserang hama tikus, hasil panen bisa dipastikan menurun. Setidaknya, upaya ini bisa menjadi solusi mengatasi hama tikus,” ungkapnya.
Pantauan di lokasi, puluhan petani beramai-ramai terjun ke sawah desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh. Mereka tidak tangan kosong. Selain sabit, mereka masih-masing membawa tongkat bambu yang berfungsi sebagai pemukul hewan pengerat ini.
Di lokasi, juga disiapkan pompa air berikut selangnya. Dan di ujung selang, petani memodifikasi dengan menambahkan pipa paralon.
Puluhan petani itu, berbagi peran. Sebagian ada yang mencari lubang sebagai sarang tikus, dan sebagian lagi ada yang mencangkuli tanah sawah agar lubang tikus mudah terlihat. Sisanya, mereka mengelilingi lokasi sasaran dengan tongkat bambu di tangan, siap berburu hama pengerat.
Begitu mesin pompa dinyalakan dan airnya menyembur kuat, ujung paralon tadi dimasukkan pada lubang tempat bersarangnya tikus. Tak lama berselang, tikus keluar dari tempat persembunyiannya.
Sontak, petani yang sudah siaga, langsung mengejar dan memukuli tikus yang keluar dan tunggang-langgang itu beramai-ramai. Mereka seolah tak ingin hewan ‘cerdik’ itu lolos dari perburuannya.
Dari gropyokan tikus ini, ratusan tikus berhasil dibunuh warga. Selanjutnya ratusan tikus yang mati dikumpulkan, untuk selanjutnya dikubur massal.
Sementara Kepala Desa (Kades) Pacarpeluk, Bambang Suirman mengatakan, gropyokan tikus dilakukan rutin secara serentak saat tiba masa tanam di desanya.
“Biasanya kita hanya pakai pompa air, kemposan, belerang, dan jos,” katanya.
Tak hanya itu, perangkat desa setempat memberi bonus yakni satu ekor tikus dihargai Rp 500. Bonus per ekor tikus akan naik menjadi Rp 750 sampai Rp 1.000 pada pelaksanaan gropyokan minggu kedua.
“Kalau sudah sepi, bisa sampai Rp 2.000 per ekor tikus. Tergantung situasi di lapangan. Kalau masih ada tikus, kita masih lakukan gropyokan tikus,” ujar Bambang Suirman.
Menurutnya, pembasmian hama tikus dengan obat-obatan kimia selama ini tidak membawa dampak maksimal. Sebab itu, gropyokan menjadi pilihan efektif menanggulanginya.
“Kami berharap, kegiatan gropyokan ini bisa berdampak positif bagi petani saat masa panen tiba,” pungkasnya. *)
Tonton videonya: