FaktaJombang.com – Sebuah petilasan di Dusun Tunggul, Desa Tunggorono, Kecamatan/ Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dipercaya menjadi tempat singgah seorang tokoh sakti mandraguna yang membabat alas Dusun Tunggul.
Tokoh tersebut bernama Eyang Tunggul Manik. Saat ini, petilasan tersebut dijadikan ‘tetenger’ atau tonggak asal-usul berdirinya sebuah dusun setempat. Tentunya, petilasan ini disakralkan warga setempat sebagai lokasi uri-uri sejarah.
Di area petilasan Eyang Tunggul Manik ini, terdapat sejumlah pohon yang di bagian tertentu dibungkus kain motif kotak warna hitam putih. Satu pohon di antaranya, disebut-sebut sudah langka di Kabupaten Jombang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari bentuknya, pohon itu cukup unik karena tidak tumbuh satu batang. Melainkan banyak batang di dalam satu area. Sedangkan ranting melebar dan daunnya sangat lebat. Saking lebatnya, pohon ini mampu menaungi cungkup petilasan tersebut.
Juru kunci petilasan, Suyoto (74) mengatakan pohon langka tersebut bernama pohon Wau. Selain langka, pohon ini dipercaya memiliki khasiat menyembuhkan penyakit, seperti pegal linu. Bahkan, khasiat lain yang dimiliki pohon wau ini cukup aneh, yakni bisa menentramkan hati seseorang yang sedang galau.
Dikatakan Mbah Sunyoto, pohon wau tersebut sudah ada sejak dirinya masih kecil. Dia mengaku mulai tahu pohon langka tersebut sejak tahun 1967. “Saya tahu pohon itu tumbuh membesar tahun 1967,” katanya kepada FaktaJombang.com, Jumat (18/3/2022).
Mbah Sunyoto mengatakan, berdasarkan informasi yang dia terima, pohon tersebut dibawa dan ditanam Eyang Tunggul Manik, saat beristirahat di lokasi ini.
“Waktu itu, Eyang Tunggul Manik beristirahat di sini dengan membawa pohon wau ini, istirahat setelah babat alas,” paparnya.
Soal khasiat pohon tersebut, Mbah Sunyoto mengatakan, tidak sembarangan memetik daun atau rantingnya begitu saja. Menurutnya, ada tata cara khusus agar khasiat tersebut bisa dirasakan, yakni melakukan sejumlah ritual.
“Ada tata caranya sendiri, dengan ritual. Istilahnya meminta izin kepada Eyang Tunggul Manik untuk mengambil daun wau itu. Ya, kondisi badan harus bersuci dulu. Nanti kami yang membimbing,” ulasnya.
Kalau ritual tersebut sudah dilakukan, kemudian daun pohon wau tersebut bisa dipetik dan digosokkan ke bagian badan yang terasa sakit.
“Tapi ini hanya perantara (sarana) ya. Minta sembuh tetap kepada Allah SWT,” tandasnya.
Ditanya khasiat untuk penyakit apa saja, Mbah Sunyoto menjawab untuk semua penyakit. Namun sejauh ini, pengalamannya membimbing orang lain, sangat manjur untuk sakit pegal linu.
“Semua penyakit, namanya juga perantara. Tapi paling sering saya ketahui itu, daun ini sering difungsikan untuk menyembuhkan pegal linu. Tapi ada juga warga yang berkunjung ke petilasan ini meminta menyembuhkan penyakit lainnya, seperti juga sakit hati,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan, banyak yang berhasil sembuh dengan perantara daun wau. Tidak hanya warga Jombang sendiri, Mbah Sunyoto menuturkan, banyak juga warga lain kabupaten yang datang ke petilasan Eyang Tunggul Manik ini. Seperti dari Surabaya, Sidoarjo, Bandung dan lainnya.
“Banyak juga yang berhasil sembuh. Kalau ritualnya terserah, bisa pagi, siang atau malam,” katanya.
Disinggung soal petilasan ini disakralkan warga, dia membenarkan. Sebab itu, Mbah Nyoto berharap agar warga yang datang ke petilasan Eyang Tunggul Manik ini dalam kondisi suci.
“Ya kami sarankan kalau ke sini dalam kondisi suci. Tidak sedang haid, junub dan sudah wudlu,” jawabnya.
Selain itu, dia berharap agar pengunjung tenang alias tidak gaduh saat berada di area petilasan, baik di luar gapura apalagi kalau sudah masuk gapura. Dikatakan, beberapa kejadian aneh kerapkali terjadi karena sebelumnya ada kegaduhan.
“Sebenarnya penunggunya di sini sabar, tapi ya pengunjung tetap harus menghormati. Selain dalam kondisi suci, jangan sampai gaduh. Dulu itu pernah kejadian, ada pemuda jatuh terpental ke sawah, karena bleyer-bleyeran motornya di jalan depan petilasan ini. Ya intinya, baik-baik lah ketika berada di sini,” pungkasnya. *)
Pingin lihat videonya? klik link di bawah ini: