FaktaJombang.com – Umumnya, pohon pisang berbuah satu tandan. Namun, pohon pisang yang tumbuh di pelataran depan rumah milik Hartono (55) warga warga Jalan Jayabaya, Kelurahan Kepanjen, Kecamatan/ Kabupaten Jombang ini memiliki keunikan. Yakni berbuah tiga tandan.
Keanehan lainnya, pohon pisang dengan buah tiga tandan itu tampak satu batang pohon. Kalau diteliti lebih dalam dengan kulitnya disobek beberapa lapis, batang pohonnya bercabang dua. Itu pun berada di atas. Hanya saja, cabang batang itu tidak sampai keluar. Masih terbungkus dalam satu batang pohon.
“Ini jenis pisang hijau. Anehnya lagi, kalau kulit batang disobek, kelihatan kalau ada dua batang dalam satu batang pohon. Terpaksa cabangnya itu sengaja kami pangkas, karena pohon pisang tidak kuat dan doyong,” kata Hartono saat ditemui di kediamannya, Senin (1/2/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Agar tidak patah sebelum dipanen, oleh Hartono, pohon pisang berbuah tiga tandan itu pun disanggah bagian atasnya dengan tangga. Betapa tidak, tiga tandan itu berjumlah 25 sisir. Masing-masing 10 sisir, 8 dan 7 sisir.
Ternyata, keanehan pohon pisang hijau itu tidak hanya kali ini saja. Sebelumnya, pohon pisang yang batangnya berwarna hitam itu, pernah berbuah dua tandan.
“Tapi yang sebelum ini, tidak bisa dipanen karena pohonnya patah, tidak kuat menahan dua tandan pisang,” ceritanya.
Selain berbuah dengan jumlah tandan tak lazim, ada pula keanehan lain. Dari sekian banyak pohon pisang yang tumbuh, hanya satu pohon berbentuk pohon pisang kipas. Sedangkan lainnya, seperti umumnya.
Hanya saja, kalau pisang bentuk kipas yang biasa dibuat tanaman hias itu dimulai dari dasar pohon, namun pohon pisang milik Hartono ini, terbentuk kipas di bagian atas.
“Jenis pisangnya sama. Tapi ada satu yang berbentuk pisang kipas. Ini saya ketahui setelah mendapati keanehan pisang berbuah tiga tandan itu,” papar Hartono.

Ia juga mengaku, hingga saat ini sejumlah koleganya sudah memesan anakan tanaman pisangnya untuk ditanam di pekarangan rumahnya. “Sudah ada tiga teman yang meminta anakannya. Ya saya persilakan untuk mengambilnya,” ujarnya.
Disinggung apakah keanehan pisangnya terletak pada bibitnya? Ia menjawab, kalau bibit pisang tersebut didapat dari tetanganya. Bahkan, pohon pisang tetangganya itu, tumbuh tidak tinggi seperti miliknya.
“Sepertinya bukan pada bibitnya. Awalnya anakan pohon pisang ini dari tetangga. Tapi milik tetangga saya tumbuh pendek. Dan yang di sini, tinggi,” jawabnya.
Alasan aneh bukan dari bibitnya, juga dikuatkan dengan beberapa koleganya yang sempat meminta anakan tanaman pisangnya. Mereka, kata Hartono, tergerak meminta anakan pohon pisangnya, setelah tahu ada yang berbuah dua tandan kala itu.
“Dan ditanam di tempat teman saya. Tetap saja, buahnya satu tandan. Tinggi tumbuhannya juga nggak setinggi ini,” sambungnya.
Dari sejumlah keanehan itulah, Hartono mengatakan, sempat berkonsultasi dengan pakar tanaman yang masih koleganya. Hasilnya sama, tanaman pisangnya memiliki keanehan bukan karena faktor bibit atau anakan. Tapi dipengaruhi faktor tanah.
“Saya juga sempat mengorek informasi ke sejumlah orang berusia tertua di sini. Dan saya mendapatkan informasi, jika tempat yang ditumbuhi pisang ini dulunya menjadi tempat beternak kuda. Dan mungkin saja teman saya yang pakar tanaman itu, benar. Ada pupuk kandang terkubur sekian lama di sini,” jelas Hartono.
Kemungkinan karena faktor tanah itu pun diyakni Hartono. Mengingat, pohon pisang yang tumbuh tak jauh dari pohon pisang aneh itu, atau sekitar 2 meter, tidak memiliki keanehan.
“Nah, pohon pisang di sisi selatan, normal. Milik tetangga di luar pagar rumah itu juga tidak ada yang aneh,” pungkasnya. (af/fj)
