PLOSO | FaktaJombang.com – Prahara dicabutnya izin operasional pondok pesantren (Ponpes) Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, tidak serta merta menggoyahkan niat santri untuk ‘boyong’ (pulang) atau pindah ke lembaga pendidikan lain.
Seperti Yolanda Inka Anggraini, santriwati asal Bengkulu yang sudah 3 tahun mondok di pesantren Shiddiqiyyah. Ia mengaku betah mondok di pesantren Shiddiqiyyah, lantaran fasilitas pendidikannya lengkap dan bagus.
“Pelajarannya juga enak,” kata Yolanda yang kini kelas 9 ini, Minggu (10/7/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain pelajaran dan fasilitas, Yolanda juga menilai, seluruh dewan guru, ustaz dan pengurus pesantren, sangat baik kepada santri. “Semuanya baik dan nyaman kok. Untuk proses belajar mengajar juga baik,” katanya.
Yolanda menceritakan, jauh-jauh dari Bengkulu untuk mondok di pesantren Shiddiqiyah bermula dari cerita sejumlah saudaranya yang lebih dulu menimba ilmu di pesantren setempat.
“Dikasih tahu sama kakak sepupu dan saudara. Kalau mondok di sini saja. Akhirnya saya coba, dan Alhamdulillah sudah tiga tahun saya di sini,” ujar cewek yang kepingin lulus berpredikat hafizah ini.
Begitu mendaftar di pesantren setempat, Yolanda malah berkeinginan kuat menghafal Al-Quran. Cita-citanya itu, lantaran dirinya merupakan anak sulung yang harus bisa memberi teladan kepada dua adiknya.
“Saya pingin mondok di sini sampai tuntas hafal Al-Quran. Saya kepingin membanggakan orang tua,” ucapnya.
Untuk pelajaran bidang keagamaan yang diajarkan, lanjut Yolanda, di antaranya ilmu Nahwu, Qiroatil Quran, menghafal Al-Quran, menghafal Hadits, dan lainnya.
“Kalau setiap mau naik tingkat, ada hafalan sendiri untuk diujikan,” ungkapnya.
Sementara kitab yang diajarkan di pesantren, Yolanda menjawab, terdapat 6 kitab yang merupakan buku induk. Keenam buku induk itu, wajib dienyam seluruh santri dan santriwati.
“Ada 6 buku induk, Ma’rifatullah, Ma’rifatuddin, Husnul Khuluq, Ummul Quran, cinta tanah air, dan Tarikhul Anbiya,” rincinya.
Sedangkan ekstrakurikuler, Yolanda menyebut cukup banyak pelajaran ekstrakurikuler di pesantren Shiddiqiyyah. Di antaranya, mengaji kitab kuning, hadrah, paduan suara, seni tari, khithobah, pramuka, menjahit, dan sejumlah olahraga.
“Di sini ada les gitar, vokal, menari, menjahit, dan masih banyak lagi. Seluruh fasilitasnya, Alhamdulillah lengkap,” pungkasnya.
Sementara kepala sekolah Bustanul Ula atau setara Madrasah Ibtidaiyah. Nurhadi mengatakan, terdapat tiga jenjang pendidikan di pesantren Shiddiqiyyah. Di antaranya, Bustanul Ula, Bustanuts Tsani, dan Bustanuts Tsalist.
“Bustanul Ula itu setingkat madrasah ibtidaiyah atau sekolah dasar, Bustanuts Tsani setingkat tsanawiyah atau SMP. Sedangkan Bustanuts Tsalist adalah jenjang pendidikan setingkat Aliyah atau SMA,” terangnya. *)