FaktaJombang.com – Pasangan suami istri (Pasutri) bernama Amanullah (46) dan Sunarti (42) warga Dusun Plosokendal, Desa Plosogeneng, Kecamatan/ Kabupaten Jombang, tampak mulai sibuk.
Ruang tamu rumahnya, Selasa (12/4/2022) siang, tampak mulai dipenuhi hasil kerajinannya yakni lampion hias berbahan bambu khas Lebaran. Pasutri ini mengaku sedang berburu waktu agar pesanan lampion selesai tepat waktu.
“Benar, ini sedang menyelesaikan pesanan,” kata Amanulllah di sela-sela dirinya memotong bambu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pembuatan lampion karakter yang marak dipakai saat takbiran, Pasutri ini berbagi tugas. Amanullah bagian memotong bambu sesuai ukuran. Sedangkan istrinya, merapikan potongan bambu itu.
Sunarti pula yang mengerjakan pembuatan lampion, mulai membuat pola berbentuk bintang dan bulan serta pola sesuai pesanan, pengeleman, penyolderan, menempelkan kertas plastik warna-warni pada pola lampion, hingga siap dipasarkan.
Amanullah mengatakan, kerajinan lampion ini digelutinya sejak 5 tahun belakangan. Ia mengaku, usaha tersebut berawal dari iseng-iseng membuat mainan untuk anak-anak.
Karena karyanya itu mendapat sambutan cukup bagus, Aman –begitu dia biasa disapa, kemudian menyeriusinya. Sayangnya, usaha itu kemudian mandek lantaran pandemi Covid-19.
“Sudah lama usaha ini. Mulai berjalan lalu ada pandemi Corona. Ya sangat berdampak bagi kami. Sempat tidak ada yang pesan. Akhirnya tidak produksi selama 2 tahun kemarin,” cerita Aman.
Saat berhenti produksi, Aman praktis menganggur. Ia juag mengaku bingung saat ingin beralih bikin kerajinan lain. Tapi, upayanya itu gagal total. Beruntung, keahliannya membuat lampion itu dilirik sejumlah pemilik kafe untuk menghias kafenya.
“Meski waktu itu sulit, Alhamdulillah selalu ada pekerjaan. Ada yang minta menghias kafe orang dan lain-lainnya,” sambungnya.
Di bulan Ramadan 1443 Hijriah ini, Aman dan Sunarti mengaku merasakan berkahnya. Ia kembali bisa tersenyum karena mulai kebanjiran order lampion karakter hasil karyanya. Ia menilai, banyaknya order tersebut seiring virus Corona terus melandai.
“Bersyukur, Ramadan tahun ini sangat membawa berkah. Tiba-tiba ada pesanan masuk, mulai dari warga Jombang sendiri sampai luar daerah seperti dari Bojonegoro,” katanya.
Jenis lampion yang banyak diorder, kata Aman, di antaranya karakter bulan, bintang. Selain itu, lampion dari bagan kayu dan lampion bola yang bahannya dari benang.
“Saat ini, pesanan yang masuk sudah 500 biji. Semuanya meminta selesai dan dikirim sebelum Lebaran. Memang, pesanan lampion karakter ini dibuat untuk memeriahkan malam Idul Fitri atau takbiran,” cetusnya.
Aman menjelaskan, lampion karyanya berbahan dasar bambu dan benang. Bukan seperti umumnya yang berbahan rotan dan kawat. Dari bahan yang gampang didapat itu, harganya pun jauh lebih murah ketimbang lampion berbahan rotan.
Dikatakannya, proses pembuatannya cukup sulit. Butuh teliti dan telaten agar hasilnya maksimal. Ia tidak memungkiri, proses pembuatan kerajinan lampion ini memakan waktu cukup lama.
“Kalau tidak hati-hati dan sabar, bisa patah bambunya. Ya harus pelan-pelan, agar hasilnya ya maksimal dan memuaskan pelanggan. Soal waktu, setiap harinya kami memiliki target bisa menghasilkan 50 unit lampion. Karena memang tenaga kerjanya cuma saya bersama istri saja,” bebernya.
Disinggung soal omzet dari pesanan di bulan Ramadan ini, Aman mengaku sekitar Rp 10-an juta. Ia juga berharap, pesanan kerajinannya tetap berlanjut meski Ramadan maupun Lebaran sudah berlalu.
“Omzetnya di bulan Ramadan ini, minimal sekitar Rp 10-an juta kira-kira. Alhamdulillah disyukuri saja dan tetap berdoa, semoga pesanan ini terus berlanjut ke depannya,” ucapnya.
“Kalau pemasarannya, kami pakai online dan offline. Jadi bagi yang mau pesan, bisa melalui online atau datang langsung ke rumah kami,” pungkas Aman.
Sementara Iin Murniati, salah satu pelanggan kerajinan lampion ini mengatakan, datang ke rumah Aman untuk memesan lampion karyanya. Pesan lampion, kata Iin, bukan dipakai sendiri. Melainkan akan dijual lagi.
“Iya saya pesan 100 lampion di sini, lampion bambu dan bola benang. Untuk dijual lagi. Kan mendekati lebaran, biasanya peminatnya banyak,” ungkap perempuan berusia 32 tahun ini, saat berada di rumah Aman.
Dikatakannya, nantinya lampion itu akan dijual dengan cara dipasang di halaman rumahnya. Juga dengan keliling ke beberapa tempat beberapa tahun terakhir sudah dijelajathinya.
“Ya nanti dipajang di rumah. Sebagian juga akan dipasarkan dengan cara keliling. Banyak peminatnya, rata-rata anak-anak TPQ. Ya semoga lancar dan mendapat banyak rezeki,” pungkas perempuan asal Desa Banjardowo, Kecamatan/Kabupaten Jombang ini. *)