Tunggu Antrean Panjang Operasi, Balita Penderita Tumor di Jombang Butuh Perhatian

balita penderita tumor di jombang
Atha Wahyu Alfarezi, saat dipangku Idrawati, ibunya di rumah mertuanya, Desa Banjardowo, Kecamatan/ Kabupaten Jombang, Kamis (3/3/2022).

FaktaJombang.com – Kondisi anak laki-laki berusia kurang 5 tahun di Jombang ini sungguh memprihatikankan. Di usianya masih balita, keriangannya terenggut oleh benjolan besar pada wajahnya. Dia pun kini sudah tidak masuk sekolah, bahkan jarang bermain dengan anak sebayanya.

Dia adalah Atha Wahyu Alfarezi, anak dari pasangan suami istri (Pasutri) Idrawati (25) dan Wahyu Sukoco (27), warga Plosowedi, Desa Plosogeneng, Kecamatan/ Kabupaten Jombang.

Saban hari apalagi kalau malam hari, balita yang lahir pada 12 Mei 2017 ini, kerapkali menangis hingga kencang. Bukan karena cengeng. Namun, tangisannya karena menahan sakit. Rupanya, benjolan pada wajahnya itu, merupakan penyakit tumor.

“Kasihan kalau menangis, karena menahan sakit. Kami sebagai orang tuanya, nggak tega, ya ikutan menangis” ucap Indrawati sedih, saat diwawancarai di rumah mertuanya, di Desa Banjardowo, Kecamatan/ Kabupaten Jombang, Kamis (3/3/2022).

Dikatakannya, anaknya menderita sakit tumor sejak usia 4 tahun atau terhitung 9 bulan lalu. Saat itu, ada perubahan pada wajah Atha Wahyu. Tanpa pikir panjang, Indrawati pun segera membawanya ke Puskesmas untuk memeriksakan Atha.

“Pihak puskesmas kemudian merujuk anak saya ini untuk diperiksa ke RSUD Jombang,” cerita Indrawati.

Tak ingin menganggap enteng soal kesehatan anaknya, Indrawati pun menuruti saran rujuk tersebut. Ia pun melarikan Atha Wahyu ke RSUD Jombang.

“Di sana, anak saya menjalani CT Scan di poli bedah. Kemudian anak saya dirujuk ke Poli Gigi RSU Dr Wahidin, Mojokerto,” sambungnya seraya menunjukkan lembaran hasil pemeriksan tertanggal 07 September 2021.

Alasan pihak rumah sakit merujuk anaknya, kata Indrawati, karena alat yang dimiliki RSUD Jombang tidak lengkap. “Katanya, fasilitas RSUD Jombang hanya tipe B saja,” ujarnya.

Keputusan rujuk itu, Indrawati berterus terang, jika pikiran dan hatinya sudah tidak karuan. Meski tak tahu secara pasti penyakit apa yang diderita anaknya, ia hanya kepingin, anaknya cepat mendapatkan perawatan medis.

“Anak saya sempat dua bulan di RSU Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto,” kata Indrawati.

Praktis, selama dua bulan di RSU Wahidin, Indrawati-lah yang menunggui anaknya itu. Sementara suaminya harus bolak-balik Jombang – Mojokerto. Karena sang suami, tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai pekerja pabrik.

Hingga kemudian, kabar tak baik, masih dirasakan Pasutri ini. Sebab, Atha Wahyu Alfarezi harus menjalani perawatan medis di RS Dr Soetomo, Surabaya.

“Rencana anak saya akan dioperasi di RSU Wahidin, tidak jadi. Alasannya, karena tidak ada alat untuk jungkil mata. Akhirnya dirujuk ke RS Dr Soetomo Surabaya,” katanya.

Dengan penuh harap kesembuhan anaknya, Pasutri ini pergi ke RS Dr Soetomo berdasarkan surat rujukan dari RSU Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Sampai di rumah sakit milik Provinsi Jawa Timur ini, Indrawati mengatakan, anaknya kembali diperiksa secara medis oleh dokter di sana.

Mulai CT Scan, cek darah, bahkan sampai tanda tangan jadwal operasi untuk sang buah hati. “Kami kemudian diberi nomor antrean 1.493. Kalau untuk biayanya di RS Dr Soetomo, gratis. Saya pemegang KIS (Kartu Indonesia Sehat),” ungkapnya.

Setelah mendapatkan nomor antrean operasi, pasutri ini pulang ke rumah orang tua suaminya, di Desa Banjardowo. Atha Wahyu pun dirawat secara mandiri oleh bapak-ibunya di sana.

Waktu pun berselang, harapan untuk dipanggil agar penyakit tumor yang diderita anaknya diangkat, tak kunjung datang. Khawatir dengan kondisi Atha yang benjolan di mukanya tampak makin membesar, Indrawati kemudian membawanya kembali ke RS Dr Soetomo.

“Sekitar dua minggu lalu, saya bawa anak saya kembali ke RS Dr Soetomo,” ujar Indrawati.

Sampai di RS Dr Soetomo untuk kali kedua ini, Indrawati mengaku jika anaknya kembali diperiksa di Poli Bedah. Hanya saja, proses operasi masih belum dilakukan, karena belum sampai pada nomor antreannya.

“Yang bikin saya sedih, saya minta nomor telepon dokternya, nggak dikasih. Maksud saya, agar mendapat informasi, antreannya sudah sampai mana. Biar saya nggak bolak-balik Jombang – Surabaya. Karena tanya soal nomor antrean sudah sampai berapa, juga nggak diberi informasinya,” jelasnya.

Dalam wawancara ini, Indrawati hanya berharap, penyakit yang diderita anaknya segera diangkat oleh Allah SWT, melalui upaya medis yang dia perjuangkan hingga saat ini. Sehingga, anaknya kembali sehat dan bisa kembali sekolah lagi.

“Kami berharap kepada pemerintah untuk membantu agar anak saya, Atha Wahyu Alfarezi segera dioperasi tumornya. Sekali lagi kami mohon, kasihan Atha. Kami begini ini, karena kami orang tidak mampu. Kami ingin Atha kembali sekolah,” tutur Indrawati seraya mengusap air matanya.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Desa Banjardowo yang tidak berkenan namanya dicantumkan di media massa, membenarkan jika dirinya sempat mengantar balita bernama Atha Wahyu Alfarezi ke RSU Dr Soetomo di Surabaya.

“Setelah diperiksa di Poli Bedah disuruh pulang, karena mendapatkan nomor antrean 1.493. Kami kasihan, karena harus bolak balik Jombang – Surabaya, karena tidak ada kepastian kapan dioperasi,” ucapnya.

Ia juga mengatakan, kendati perawatan medis di RS Dr Soetomo gratis karena Indrawati punya KIS, dia mengaku tetap iba. Karena biaya perjalanan dan biaya hidup selama di Surabaya tentu tidak sedikit.

“Kami juga heran, antreannya kok segitu banyak dan panjang. Apakah karena orang tua Atha Wahyu itu pemegang KIS, sehingga tidak segera dioperasi. Kan kasihan kalau tumornya makin membesar,” sambungnya.

Tokoh masyarakat setempat ini pun hanya bisa mendoakan, agar Atha Wahyu segera sembuh seperti semula. “Ya mungkin saja, ada pihak-pihak yang turut iba dan memberikan bantuan, agar Atha bisa segera dioperasi,” pungkasnya. *)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *