FaktaJombang.com – Geram dengan tudingan sebagai keturunan tokoh PKI dan Gerwani, Qoim Liddinillah, salah satu putra kiai tokoh tersohor di Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, mendatangi Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, di Surabaya, Jumat (4/6/2021) sekitar pukul 15.00 WIB.
Putra ketiga dari Ibu Endang Yuniati, istri kiai Muhtar Mu’thi (kiai Tar) ini, mengadu ke Polda Jatim, ihwal fitnah yang mendera keluarga Ibu Endang.
“Kami datang ke Ditreskrimsus Polda Jatim hari ini, untuk mengadu terkait tudingan dan fitnah yang dialami Ibu Endang beserta putra-putri dan menantunya. Kami juga meminta keadilan dalam hal ini,” kata Umar, kuasa hukum Qoim Liddinillah, usai mengadu mendampingi Qoim Liddinillah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, fitnah sebagai keturunan salah satu tokoh PKI dan Gerwani itu dirupakan ke dalam sebuah video dan disebar ke media sosial sejumlah WhatsApp group (WAG) para santri dan jamaah tarekat Shiddiqiyah.
“Terdapat dua video berisi fitnah tersebut. Di antaranya video berdurasi 48 detik, dan berdurasi 4 menit 14 detik. Dan dua video tersebut kita lampirkan sebagai bukti pengaduan kami,” paparnya.
Video berdurasi 48 menit, sambungnya, diterima Achmad Fatoni, salah satu menantu Ibu Endang Yuniati, melalui WhatsApp, pada Selasa 6 Oktober 2020 lalu. Dalam video itu menyebut, jika Ibu Endang Yuniati merupakan anak atay putri dari seseorang yang dikatakan sebagai tokoh PKI.
Sedangkan video lain berdurasi cukup panjang, yakni 4 menit 14 detik. Video tersebut menarasikan jika Ibu Endang adalah anak atau putri dari seseorang yang dikatakan sebagai anggota keluarga dari PKI dan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia).
“Kami sudah cukup bersabar menerima terpaan fitnah tersebut. Karena video itu sudah massif diketahui khalayak, maka kami ingin meluruskan persoalan ini,” jelas Umar.
Puncaknya, hingga Qoim Liddinillah mengadu ke Polda Jatim, lanjut Umar, yakni perisitwa penggerudukan rumah Ibu Endang Yuniati oleh ratusan orang tak dikenal, pada Selasa 11 Mei 2021, atau menjelang Idul Fitri lalu.
Tak hanya penggerudukan, sejumlah orang tidak dikenal itu juga melakukan penyegelan berupa palang kayu berbentuk silang pada jendela dan pintu rumah. Hingga kemudian, jendela serta pintu rumah tersebut dipasangi triplek.
“Ada 3 jendela dan 1 pintu lorong yang disegel pakai palang kayu. Kemudian kami cabut. Tapi malah ditutup triplek. Sampai saat ini, kondisinya masih begitu. Kita hanya disisakan 1 pintu saja,” terang Gus Qoim, yang dipersilakan kuasa hukumnya untuk menceritakannya.
Dikatakannya, peristiwa itu terjadi pada Selasa 11 Mei 2021 malam. Saat itu, kondisi listrik di rumah Bu Endang, padam. Selang beberapa detik pasca lampu pada serta CCTV mati, lanjutnya, terdengar suara deru bor dari luar.
“Kita tahu jendela sedang dipalang kayu, karena sinar lampu dari luar. Bayangannya ada, karena kita di dalam rumah, gelap. Kita nggak menyebut padam sendiri atau dipadamkan, karena di luar, listrik menyala. Sedangkan akses listrik jadi satu,” sambung Gus Qoim.
Ditanya jumlah orang di dalam rumah saat kejadian, Gus Qoim menyebut sekitar 16 orang, termasuk abdi ndalem. “Kalau keluarga inti, ada ibu, 4 anaknya dan menantunya. Serta 3 balita,” jawabnya.
Beberapa saat setelah itu, lanjut Gus Qoim, terdengar beberapa orang berhasil melompat pagar rumah yang pertama. Jumlahnya, sekitar 5 sampai 6 orang.
“Tapi yang berada di luar pagar, ada sekitar 100 hingga 200 orang tak dikenal. Untungnya, mereka tidak sampai melompat di pagar kedua,” lanjut Gus Qoim.
Anehnya, kata dia, sejumlah orang yang berhasil masuk setelah melmpat pagar pertama, tidak maun menyebut namanya ketika dihalau menantu dan anak Bu Endang serta sejumlah abdi ndalem.
“Ketika kita tanya siapa namanya, mereka malah mengaku lupa. Siapa ya nama saya,” sambung Gus Qoim menirukan jawaban dari sejumlah orang tersebut.
Kondisi itu, masih menurut Gus Qoim, berlangsung hingga 2 hari kemudian. Bahkan, keluarga Bu Endang salat Idul Fitri di rumahnya yang kondisinya tersegel tersebut.
“Kondisinya saat itu mencekam. Kami sangat khawatir dengan keselamatan kami. Apalagi di dalam rumah juga ada 3 balita,” pungkas Gus Qoim. *)