FaktaJombang.com – Ancaman perajin tahu di Jombang untuk mogok memproduksi tahu lantaran harga kedelai meroket, benar-benar terealisasi. Seperti yang terjadi di sejumlah pabrik tahu di Dusun Bapang, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang.
Pantauan di sentra industry pabrik tahu di Jombang ini, Minggu (20/2/2022), tampak sejumlah pabrik tahu terlihat tutup dan sepi aktivitas. Karena mereka sepakat tidak ada aktivitas pengolahan maupun jual beli tahu. Seluruh pekernya pun juga diliburkan.
Diketahui sebelumnya, surat Paguyuban Komunitas Tahu Jombang (KTJ) nomor 001/KTJ/II/2022, yang ditandatangani oleh Ketua KTJ Imam Subkhi dan Admin Paguyuban, Moch Sholichin ini menyatakan, akan mogok produksi akan dilakukan selama tiga hari. Yakni mulai Minggu 20 hingga 22 Februari 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya, mogok penjualan akan berlangsung mulai Senin 21 sampai 23 Februari 2022. Dan surat tersebut beredar luas di media sosial (Medsos).
Salah satu karyawan pabrik tahu, M Arif mengatakan, aksi ini sebagai bentuk protes karena harga kedelai yang cukup mahal, mencapai Rp 11.500 per kilogram. Bahkan, di beberapa daerah harganya tembus Rp 13.000 per kilogram.
Harga tersebut naik sekitar Rp 2.500 – 3000 dari sebelummya yang masih berkisar Rp 8 ribu sampai 9,5 ribu per kilogram. Hal ini, kata M Arif, tentu saja membuat perajin tahu merugi.
“Harga sebelumnya hanya sekitar Rp 9 ribu sampai Rp 9,5 ribu. Jadi ini demo karena harga kedelai mahal. Dampaknya ya bisa merugi,” ujarnya.
Arif mengatakan, di Desa Sumbermulyo sendiri, ada puluhan perajin tahu yang memiliki pangsa pasar hingga luar daerah seperti Gresik, Surabaya, bahkan Madura.
“Kompak, dari desa lain juga mogok semua hari ini,” tandasnya.
Di tempatnya bekerja, kata M Arif, setiap hari membutuhkan bahan baku kedelai yang tidak sedikit. Untuk 250 kali masak, pabrik tersebut harus membutuhkan 3,5 ton kedelai per hari.
Sementara di Desa Sumbermulyo saja, ada sekitar 30 perajin tahu yang juga memiliki kemampuan produksi mencapai kuantitas ton kedelai per hari.
“Sekali masak itu 14 kilogram. Setiap hari sampai 250 kali masak,” bebernya.
Menurutnya, tak ada cara lain untuk mensiasati kenaikan harga kedelai ini. Para perajin tahu hanya berharap, harga kedelai ini kembali normal. Sebab jika tetap mahal, maka biaya operasional pabrik, juga akan membengkak.
“Sebab kalau dikecilkan ukurannya, pembelinya yang protes. Kalau ukurannya tetap, untungnya gak ada. Harapannya ya kembali normal harga Rp 9 ribu itu normal,” pungkasnya. *)