FaktaJombang.com – Warga Desa Made, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Sabtu (13/11/2021) pagi, berduyun-duyun menuju sebuah sendang yang ada di desa setempat.
Ada yang membawa timba, ada pula yang membawa cangkul dan sapu. Bukan tanpa sebab, warga ini melakukan aktivitas rutin setiap tahun. Yakni membersihkan lokasi petirtaan yang dibernama Sendang Made.
Warga yang sebagian besar terdiri dari kaum laki-laki ini tampak guyup rukun. Sesekali mereka bercanda dan saling bergurau mengolok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Satu demi satu, timba berisi lumpur dan sampah diangkat dari dasar sendang. Kotoran itu kemudian dibuang ke sebuah parit tak jauh dari lokasi sendang. Selama lebih dari dua jam, warga berjibaku dengan air dan lumpur demi membersihkan sendang.
Menurut Badri, salah satu warga Desa Made, ritual membersihkan sendang ini adalah tradisi yang digelar setiap tahun untuk menjaga kebersihan sendang.
“Ini sudah tradisi kami setiap tahun, sejak zaman mbah saya biasanya memang setiap mau masuk musim hujan seperti ini. Jadi kotoran dan lumpurnya kami angkat dari sendang,” ujar Badri, saat membersihkan bersama para tetangganya.
Menariknya, saat sendang dikuras, ada hanyak ikan yang nampak di dasar sendang. Hanya saja, ikan-ikan itu sengaja dibiarkan dan tidak diambil ke daratan. Mereka lebih memilih mengembalikan ikan air tawar itu tetap hidup di dalam sendang.
“Sudah dari zaman saya kecil ya seperti ini, ikannya tidak kami konsumsi, tapi kami kembalikan ke sendang,” tandasnya.
Tradisi yang dinamakan “Sesuci Nagari Nguras Sendang” juga diwarnai dengan sejumlah ritual kirap budaya. Sesembahan air sendang dan pecah pamor ini berlangsung cukup sakral.
Bahkan, warga antusias datang membawa tumpengan. Tampak, sejumlah pejabat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang serta BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Timur, hadir ke ritual kuras sendang made ini.
Menurut informasi dari salah satu warga, Sendang Made ini merupakan peninggalan Raja Airlangga. Dahulu, Sendang Made ini merupakan tempat untuk ritual dan berdoa kerajaan.
Ada tujuh mata air yang diyakini memiliki arti dan petuah tersendiri. Diantaranya, sendang Pomben yang dipergubakan untuk kebutuhan minum, sendang Gede untuk mandi masyarakat umum. Lantas, sendang Pengilon untuk bercermin. Sendang Drajat yang jika mandi atau minum air dari sana, maka derajat seseorang itu akan naik.
“Tapi yang ingin ke sendang Drajat harus pamit dulu kepada juru kunci,” timpal warga lainnya.
Selain itu juga ada sendang Kamulyan, untuk memperoleh kemuliaan hidup, sendang Condong untuk untuk memasak, serta sendang Sumberpayung untuk kebutuhan gurah, menjaga kualitas suara sinden atau penyanyi.
“Biasanya setiap tahun juga ada tradisi kumkum sinden di sini,” pungkasnya.